Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2

 
jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.2

Assalamu'alaikum...
Salam dan bahagia.
Dalam kesempatan ini, saya akan melakukan Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional menggunakan model refleksi 5R (Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Reconstructing).

A.  Reporting

Hari Senin 24 Juni 2024 Modul 2.2: Pembelajaran Sosial dan Emosional sudah dibuka untuk dipelajari oleh para Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 10 melalui Learning Management System (LMS). Modul ini dimulai dengan kegiatan Pendahuluan di mana isinya terkait tahapan yang akan ditempuh selama mempelajari modul 2.2, yaitu melalui alur MERDEKA yang merupakan akronim dari Mulai dari Diri, Elaborasi Konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Koneksi Antarmateri dan Aksi nyata.

Mulai dari Diri (24 Juni 2024)

Pada bagian ini kegiatan yang dilakukan CGP adalah:
  • Merefleksikan pengalaman diri dalam menghadapi sebuah  krisis pribadi  dan pengaruh krisis tersebut bagi dirinya sebagai pendidik.
  • Merefleksikan pengalaman seorang murid  yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan, dan  kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain  dan pengaruhnya terhadap pembelajarannya.

Eksplorasi Konsep (24 Juni 2024)

Pada bagian ini kegiatan yang dilakukan CGP adalah:
  • Mengeksplorasi pentingnya Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman  agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
  • Mengeksplorasi konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL  (Collaborative  for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
  • Mengeksplorasi pemahaman tentang konsep kesadaran penuh  (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 Kompetensi Sosial dan  Emosional  (KSE).
  • Mengeksplorasi implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui 4 indikator,  yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam  praktek mengajar guru dan kurikulum akademik,  penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan  kompetensi sosial dan emosional  pendidik dan tenaga kependidikan (PTK)  di sekolah.

Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi (24 Juni 2024)

Pada bagian ini kegiatan yang dilakukan CGP adalah menganalisis konsep 5 KSE (kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) yang berbasis kesadaran penuh dalam  5 contoh kasus.

Ruang Kolaborasi (27- 28 Juni 2024)

Pada bagian ini CGP mendiskusikan dan menyusun inisiatif program penguatan kompetensi sosial dan emosional bagi  murid dan rekan sejawat di sekolah. CGP dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok 1 untuk jenjang TK dan SD kelas 1-3, kelompok 2 untuk jenjang SD kelas 4-6, dan kelompok 3 untuk jenjang SMP, SMA/SMK. Di sini kami berada di kelompok 3 yang membahas nisiatif program penguatan kompetensi sosial dan emosional bagi  murid dan rekan sejawat di sekolah. Selanjutnya pada Ruang Kolaborasi ke-2, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Demonstrasi Kontekstual (1 Juli 2024)

Pada bagian ini CGP mendemonstrasikan pemahaman tentang implementasi pembelajaran Kompetensi Sosial dan Emosional dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Elaborasi Pemahaman (3 Juli 2024)

Pada bagian ini kegiatan CGP adalah: setelah memahami konsep kunci dan implementasi pembelajaran sosial emosional  berbasis kesadaran penuh melalui pembelajaran mandiri dan gotong royong, CGP akan mengelaborasikan pemahaman tersebut lebih lanjut melalui tanya-jawab dan diskusi.

Koneksi Antarmateri (4 Juli 2024)

Pada bagian ini CGP mengambil makna dari pengalaman yang berkaitan dengan pembelajaran 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional, membuat kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional dan membuat koneksi materi pembelajaran sosial dan emosional dengan modul-modul sebelumnya.

Aksi Nyata (5 Juli 2024)

Pada bagian ini CGP membagikan pemahaman tentang implementasi pembelajaran sosial emosional melalui 4 indikator yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan serta kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional rekan sejawat di sekolah kepada rekan sejawat atau komunitas, dan merefleksikannya.

B.  Responding

Pada kegiatan forum komunikasi dengan fasilitaor sebagai bahan persiapan diskusi ruang eksplorasi konsep saya mengajukan pertanyaan : Menurut Bapak Ibu adakah hubungan antara kesulitan belajar yang dialami murid dengan tingkat kecerdasan sosial emosionalnya? Bagaimana upaya kita sebagai guru untuk menumbuhkembangkan kecerdasan sosial emosional yang baik pada murid?

Pada kegiatan aktivitas eksplorasi konsep kami berdiskusi secara sinkronus terkait materi Pembelajaran Sosial dan Emosional terutama Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencerminkan PSE. Selanjutnya peserta mendiskusikannya di Break of Room (BOR) masing-masing dimana hasilnya dipresentasikan pada Ruang Kolaborasi pada hari Jumat 28 Juni 2024 mulai pukul 13.30 – 17.00 dan saya berada di kelompok 3 bersama Bapak Johandrio dan bapak Dimas Permana. Pada kegiatan tersebut kami mempresentasikan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) jenjang SMP, SMA/SMK dan tampil untuk presentasi pada urutan ke-3. Dalam diskusi tersebut peserta dari kelompok lain mengajukan pertanyaan terkait dalam pelaksanaan KSE di sekolah apakah kemungkinan ada hambatan-hambatan yang akan terjadi?

C. Relating

Pembelajaran sosial emosional (PSE) adalah proses belajar yang dapat membantu murid mengembangkan keterampilan untuk memahami dan mengelola emosi mereka sendiri, membangun hubungan positif dengan orang lain, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Selain itu PSE dapat membantu murid mengurangi stres dan tekanan dalam belajar, dan mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Untuk mempersiapkan murid di dunia nyata, kemampuan sosial dan emosional adalah aset yang berharga. Dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, orang perlu bekerja sama dengan orang lain, menyelesaikan konflik, dan beradaptasi dengan berbagai situasi. Pembelajaran PSE membantu murid mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan ini. Di sinilah letak urgensi PSE untuk mendorong tumbuh kembang murid secara holistik. Pembelajaran yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih lima Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE), yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Sebagai Pendidik, guru harus dapat mengeksplorasi PSE melalui empat indikator yaitu, pengajaran eksplisit seperti kegiaan kokurikuler dan ekstrakurikuler, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik dengan menyusun konten pembelajaran, strategi pembelajaran maupun produk pembelajaran, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah berdasar keyakinan kelas berdasar nilai-nilai kebajikan, serta penguatan Keterampilan Sosial Emosional (KSE) pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) melalui keteladanan, proses belajar, dan kolaborasi dengan seluruh komunitas sekolah.

D. Reasoning

Setelah dianalisis, berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengintegrasikan PSE dalam lingkungan pendidikan:
Kurikulum PSE: Sekolah dapat menyusun kurikulum yang mencakup mata pelajaran atau kegiatan yang fokus pada pengembangan PSE serta menciptakan lingkungan belajar yang tepat serta terkordinasi melalui Kelas, Sekolah, Keluarga dan Komunitasnya. Guru dan staf sekolah dapat memberikan contoh positif dalam interaksi sosial dan cara mengelola emosi.
Pelatihan Guru: Guru dapat menerima pelatihan dalam mengajar PSE sehingga mereka dapat membimbing siswa dengan efektif. Dalam bersikap terhadap diri sendiri, dan orang lain serta lingkungannya dengan membangun kesejahteraan atau Well Being.
Praktik Berbasis Kasus: Menggunakan kasus nyata dan peran dalam pembelajaran membantu murid memahami bagaimana menerapkan PSE dalam situasi sehari-hari. Kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri dan bagaimana pengaruhnya pada prilaku diri dalam berbagai situasi dalam lingkungan sekitar. Memanajemen diri dengan kemampuan untuk mengelola emosi pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan aspirasi. Kesadaran sosial dengan kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Keterampilan berelasi dengan kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dan suportif. Pengambilan keputusan yang bertangungjawab untuk mengambil pilihan-pilihan berdasarkan kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis, rasa aman, mengevaluasi manfaat, konsekuensi dari bermacam-macam tindakan, prilaku untuk kesejahteraan psikologis di masyarakat serta kelompok.

E. Reconstructing

Pembelajaran diferensial dan sosial emosional sangat penting bagi murid. Pembelajaran diferensial dapat membantu murid belajar sesuai dengan kebutuhan belajar dan kemampuan masing-masing murid, sedangkan pembelajaran sosial emosional dapat membantu murid mengelola emosi mereka sendiri dan membangun hubungan positif dengan orang lain.
Untuk mewujudkan pembelajaran diferensial dan pembelajaran sosial dan emosional, diperlukan dukungan moril dan materil dari pihak sekolah. Dukungan moril dapat berupa motivasi dan penghargaan kepada guru dan tenaga kependidikan yang telah melaksanakan pembelajaran diferensial dan sosial emosional. Dukungan materil dapat berupa penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembelajaran diferensial dan pembelajaran sosial dan emosional.
Selain dukungan moril dan materil, diperlukan juga sosialisasi dan penyamaan data terkait pembelajaran diferensial dan pembelajaran sosial dan emosional. Sosialisasi dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada guru dan tenaga kependidikan tentang pembelajaran diferensial dan pembelajaran sosial dan emosional. Penyamaan data dapat dilakukan dengan mengumpulkan data tentang kebutuhan belajar murid, seperti kesipan belajar, minat belajar, dan profil belajar.
Dengan adanya dukungan moril dan materil, sosialisasi, dan penyamaan data, maka pembelajaran diferensial dan sosial emosional dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien. Hal ini akan berdampak pada pencapaian tujuan pembelajaran murid yang lebih maksimal.
Dengan menerapkan pembelajaran diferensial dan pembelajaran sosial dan emosional, maka sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan kondusif bagi murid. Hal ini akan membantu murid untuk belajar lebih efektif dan efisien, sehingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajarannya dengan lebih maksimal.
 
aan triono
aan triono Bukan siapa-siapa, hanya butiran debu.

Posting Komentar untuk "Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2"