Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aksi Nyata-Modul 3.1

 
Aksi nyata modul 3.1

Pengantar

Tugas aksi nyata modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin dalam Pendidikan Guru Penggerak (PGP) berisi studi kasus yang dialami di sekolah dan cara penyelesaian masalahnya sampai dengan pengambilan keputusan.
Tujuan Pembelajaran Khusus : CGP dapat mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah CGP.
Pada tahapan akhir dari siklus pembelajaran MERDEKA, Bapak/Ibu CGP akan mendapat kesempatan untuk mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah CGP. CGP akan mencari kasus nyata yang mengandung unsur dilema etika dengan melakukan wawancara dengan pimpinan (kepala sekolah) kemudian membuat tulisan berupa rangkuman, kesimpulan, refleksi yang menunjukkan pengetahuan dan pengalaman CGP. Dalam membuat tulisan berupa rangkuman aksi nyata ini, saya menggunakan model 4F yang terdiri dari Facts (Fakta), Feelings (Perasaan), Findings (Pembelajaran), dan Future (Penerapan).

Facts (Fakta)

Latar Belakang

Sekolah adalah 'institusi moral' yang dirancang untuk membentuk karakter segenap warga sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat berperan besar dalam pembentukan karakter peserta didiknya. Setiap hari tidak dipungkiri seorang guru selau berhadapan dengan murid di kelas dan di sekolah. Guru adalah orang tua kedua bagi murid. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru akan dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang pada akhirnya harus membuat keputusan. Keputusan yang diambil seyogyanya bisa membawa kemaslahatan bagi orang banyak. Ketika guru menjadi sosok yang bisa digugu dan ditiru (menjadi teladan), maka guru harus mempunyai karakter baik dan mengajarkan
murid bagaimana sebuah keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya.
Pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab akan membawa dampak yang baik, dan bisa diterima oleh semua pihak. Pihak-pihak yang terlibat akan merasa terpuaskan dengan hasil keputusan yang diambil, merasa diperlakukan adil dan merasa menang semuanya. Hal ini tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan yang dibuat seorang guru harus dipikirkan matang-matang dan tidak terburu-buru, karena keputusan yang diambil baik dan tidaknya akan selalu diingat oleh murid dan itu akan membawa pengaruh dalam dirinya. Keputusan yang diambil sudah seharusnya merupakan keputusan yang bisa membawa murid kearah yang lebih baik untuk dirinya.
Salah satu kasus yang sering melibatkan guru dalam pengambilan keputusan terhadap murid adalah ketika murid melanggar keyakinan kelas atau peraturan sekolah. Pengambilan keputusan di sekolah semuanya itu bertujuan untuk kebaikan
murid dan sudah seharusnya semua berpihak kepada murid. Dalam pengambilan keputusan, seorang guru harus bisa memahami kasus yang sedang dihadapi, apakah suatu dilema etika atau bujukan moral. Ketika kasus tersebut merupakan dilema etika, guru seharusnya mengetahui paradigma apa yang terjadi, kemudian menentukan prinsip pengambilan keputusan, dan menggunakan langkah-langkah pengujian dan pengambilan keputusan, sehingga keputusan yang kita ambil merupakan
keputusan yang terbaik.
Untuk aksi nyata kali ini, merupakan kelanjutan dari rancangan demonstrasi kontekstual yang telah dibuat sebelumnya. Pada demonstrasi kontekstual saya selaku calon guru penggerak merencanakan menstransfer ilmu yang telah saya dapatkan kepada rekan sejawat di sekolah dan di komunitas belajar. Saya juga akan berusaha menyelesaikan masalah yang memerlukan pengambilan keputusan di kelas dan di sekolah dengan melihat paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan keputusan. Untuk mentrasfer pengetahuan , saya mulai membagi pengetahuan ini kepada rekan sejawat di sekolah. Tetapi untuk ke komunitas belajar belum bisa dilaksanakan.
Sebagai seorang guru saya juga melakukan aksi nyata dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penyelesaian masalah yang terjadi di kelas pada murid saya. Situasi yang dihadapi di dalam kelas saya dihadapkan pada murid yang
kurang disiplin dalam mentaati peraturan sekolah dan keyakinan kelas diantaranya sering izin karena ada keperluan keluarga dalam beberapa hari terkadang sampai 3 hari, terkadang izin juga karena sakit.

Alasan melakukan aksi ini

Karena menurut saya ini adalah termasuk kasus dilema etika, di mana orang tua murid tersebut sudah izin kepada saya untuk beberapa hari karena keperluan keluarga keluar kota. Tetapi hal ini sering sekali terjadi. Paradigma yang terjadi adalah rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy). Dalam paradigma ini ada pilihan mengikuti peraturan tertulis atau tidak. Pilihan yang ada adalah keadilan dan perlakuan yang sama untuk semua siswa dalam hal izin sekolah atau membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang.

Hasil Aksi Nyata Yang Dilakukan

Saya berkoordinasi dengan guru mata pelajaran dan kepala sekolah tentang hal ini. Saya memanggil murid tersebut dan memberikan penjelasan jika dia sudah terlalu banyak izin sekolah, saya juga memberitahukan orang tuanya bahwa jika anak tersebut sering dibawa keluar kota karena keperluan keluarga maka dia akan tertinggal pelajaran. Untuk itu saya mengambil keputusan bahwa murid tersebut saya beri tugas tambahan untuk menutupi ketertinggalannya dalam pelajaran. Begitu juga dengan mata pelajaran yang lainnya

Feelings (Perasaan)

Setelah melakukan aksi nyata dan pengambilan keputusan dalam kasus ini saya merasa tenang dan lega, karena pengambilan keputusan berjalan lancar dan bisa diterima oleh semua pihak. Identifikasi masalah dan penyelesaiannya sudah tepat dilakukan sesuai dengan paradigma , prinsip pengambilan masalah yang menggunakan prinsip berbasis rasa peduli dan langkah-langkah pengambilan keputusan.

Findings (Pembelajaran)

Setelah pembelajaran ini banyak hal yang akhirnya saya ketahui, bagaimana mengambil keputusan yang baik. Dalam membuat keputusan terhadap murid harus melihat dari berbagai sudut pandang. Keputusan yang dibuat harus bisa dipertanggungjawabkan bersama. Saya juga menjadi lebih mengetahui apa itu dilema etika dan bujukan moral, apa saja paradigma dilema etika, 3 prinsip dilema etika dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dalam setiap modul selalu ada hal baru, pembelajaran baru yang pastinya akan menambah wawasan saya sebagai seorang guru dan calon guru penggerak. Pengetahuan-pengetahuan baru ini akan membuat saya menjadi manusia dan guru yang lebih berkualitas.

Future (Penerapan)

Aksi nyata yang saya lakukan ini masih jauh dari kata sempurna, tetapi kedepannya saya akan berusaha meningkatkan kemampuan saya dalam praktik coaching. Saya juga akan terus berkolaborasi dan koordinasi dengan rekan sejawat dan kepala sekolah tentang masalah-masalah yang tejadi di kelas atau di sekolah. Selain itu saya juga akan selalu mengingatkan murid-murid tentang keyakinan kelas dan peraturan sekolah agar murid tidak lagi melanggar aturan sehingga tercipta lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan.

Penutup

Demikian aksi nyata modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
aan triono
aan triono Bukan siapa-siapa, hanya butiran debu.

Posting Komentar untuk "Aksi Nyata-Modul 3.1"