Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3

Jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.3

 
Assalamu'alaikum...
Salam dan bahagia.
Dalam kesempatan ini, saya akan melakukan Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik menggunakan model refleksi 4F  yaitu Fact, Feelings, Findings, Future.

Fact (Peristiwa)

Modul 2.3 tentang Coaching dalam Supervisi Akademik dimulai pada hari Senin,  8 Juli 2024. Modul ini  dibagi menjadi 4 Sub Pembelajaran, yaitu:
  1. Sub Pembelajaran 2.1: Konsep Coaching secara Umum dan dalam Konteks Pendidikan,
  2. Sub Pembelajaran 2.2: Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching,
  3. Sub Pembelajaran 2.3: Kompetensi Inti Coaching dan Alur Percakapan Coaching TIRTA,
  4. Sub Pembelajaran 2.4: Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching.
Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Dalam coaching, seorang coach membantu coachee untuk meningkatkan kinerja kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi. Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”. Melalui tugas di Sub Pembelajaran, saya mendapatkan pengalaman berharga dalam memahami coaching. Ruang Kolaborasi pertama dimulai pada hari Senin, 15 Juli 2024 , dan pada Ruang Kolaborasi kedua di hari Selasa, 16 Juli 2024 berisi 2 kegiatan yaitu latihan dan praktik coaching yang memberikan pengalaman menarik dalam memainkan peran sebagai coach dan coachee. Saat di bagian Demonstrasi Kontekstual, CGP berlatih mempraktikkan percakapan coaching secara triad (3 orang) yang terdiri dari 3 (tiga) siklus. Praktik percakapan ini menggunakan alur supervisi akademik untuk pengembangan kompetensi coaching. Tujuan dari praktik ini adalah untuk melihat, bagaimana seorang CGP bisa mengembangkan kompetensi coachingnya ketika menjadi coach.
Selanjutnya Dalam sesi Elaborasi Pemahaman yang dilakukan di hari Jumat, 19 Juli 2024, CGP berdiskusi  untuk mengelaborasi pemahaman bersama instruktur secara tatap maya  mengenai konsep coaching dalam konteks pendidikan, khususnya pada ranah supervisi akademik. Instruktur pada sesi ini adalah Ibu Harlina Nursiamti. Memasuki sesi Koneksi Antarmateri, saya membuat sebuah kesimpulan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media  informasi berupa artikel dalam blog.
Terakhir, pada bagian Aksi Nyata, saya akan melakukan rangkaian supervisi klinis dan percakapannya dengan paradigma berpikir coaching secara langsung dengan rekan sejawat. Rangkaian supervisi klinis ini terdiri dari kegiatan perencanaan sebelum observasi (pra-observasi), observasi dan pasca observasi berupa praktik percakapan coaching yang memberdayakan.

Feelings (Perasaan)

Modul 2.3 telah memberikan pencerahan yang luar biasa bagi perkembangan diri saya dalam dunia coaching dan supervisi akademik. Saya tidak hanya merasa senang, lega, dan termotivasi, tetapi juga merasa sangat yakin dan siap untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip coaching ke dalam praktik pendidikan di sekolah. Saya melihat coaching sebagai alat bantu yang kuat untuk membantu kami sebagai pendidik menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul dalam perjalanan pendidikan. Selain itu, saya merasa semakin percaya diri dalam berinteraksi dengan rekan sejawat, menciptakan ruang kolaboratif yang memungkinkan untuk saling mendukung, berbagi ide, dan tumbuh bersama sebagai komunitas pembelajaran yang kuat.
Saya juga merasa semakin termotivasi untuk mencari solusi kreatif dalam mengatasi permasalahan yang mungkin timbul di sekolah. Modul ini mengajarkan saya bahwa coaching bukan hanya tentang mencari jawaban, tetapi juga tentang memungkinkan coachee (yang sedang dibimbing) untuk menemukan solusi mereka sendiri melalui pemikiran dan refleksi yang mendalam.

Findings (Pembelajaran)

Saya mendapatkan banyak pembelajaran berharga dari materi Modul 2.3 ini. Supervisi akademik bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid dan untuk pengembangan kompetensi diri pendidik di sekolah. Dalam hubungan antarguru, seorang coach dapat membantu coachee menemukan kekuatan dalam proses pembelajaran.
Paradigma berpikir coaching melibatkan fokus pada pengembangan coachee, sikap terbuka, kesadaran diri, dan kemampuan melihat peluang masa depan. Prinsip coaching adalah "kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi." Kompetensi inti coaching mencakup kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Alur percakapan coaching TIRTA mencakup perencanaan, pemecahan masalah, refleksi, dan kalibrasi. Umpan balik coaching melibatkan pertanyaan reflektif dan penggunaan data yang valid. Supervisi akademik adalah rangkaian aktivitas yang berdampak langsung pada guru dan pembelajaran mereka di kelas. Dua paradigma utama dalam supervisi akademik adalah pengembangan kompetensi berkelanjutan dan optimalisasi potensi individu.

Future (Penerapan)

Setelah menyelesaikan Modul 2.3, saya siap untuk mengaplikasikan kompetensi inti coaching dalam praktik sehari-hari saya sebagai pendidik. Pertama, saya bertekad untuk menjadi lebih hadir secara penuh dalam setiap percakapan coaching. Saya memahami pentingnya memberikan perhatian sepenuhnya kepada coachee, sehingga mereka merasa didengar dan dihargai. Selanjutnya, saya akan aktif dalam mendengarkan, memberikan ruang bagi coachee untuk berbicara, dan benar-benar mencerna apa yang mereka sampaikan. Saya percaya bahwa mendengarkan aktif adalah kunci untuk memahami kebutuhan dan tantangan coachee.
Selain itu, saya akan mengembangkan kemampuan saya dalam mengajukan pertanyaan yang relevan dan berbobot. Saya akan memastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan ini dirancang untuk merangsang pemikiran coachee, membantu mereka menggali solusi, dan mendorong refleksi yang lebih dalam. Saya juga akan memanfaatkan prinsip coaching, seperti kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi, dalam setiap interaksi saya dengan coachee. Saya yakin bahwa dengan menerapkan prinsip-prinsip coaching ini, saya dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang bermakna dan berdampak positif bagi coachee.
Saya akan menggunakan supervisi akademik ini sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid. Saya juga berkomitmen untuk terus mengasah kemampuan coaching saya melalui latihan dan praktik dengan rekan sejawat dan murid. Dengan demikian, saya dapat terus berkembang sebagai pendidik yang kompeten dan mendukung pertumbuhan coachee saya.
aan triono
aan triono Bukan siapa-siapa, hanya butiran debu.

Posting Komentar untuk "Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3"